Kamis, 26 April 2012


Landasan teori


Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.


Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.


Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)



































Lampiran foto
Description: C:\Users\win 4\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\0203120959.jpg gambar 1.1 saat menunggu menunggu titik akhir titrasi
Description: C:\Users\win 4\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\0203121011a.jpg gambar 1.2 saat menguncang guncangkan elenmayer agar dapat menemukan titik akhir titrasi


Description: C:\Users\win 4\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\0203121011.jpggambar 1.3 saat mencari dan mecatat volume NaOH

Description: C:\Users\win 4\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\0203121031_001.jpg Gambar 1.4 ini adalah gambar saat larutan mengalami titik akhir titrasi

                                           KATA PENGANTAR

Puji  syukur khadirat Allah Swt, karna berkat dan rahmatnyalah saya dapat menyelesaikan laporan patrikum yang berjudul  “mengukur pH larutan penyangga” Tak lupa saya berterimakasih kepada  guru kimia saya itu ibu Dra,Rr Ayis Windarti yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporanini
Laporan ini berguna untuk mengetahui apa itu larutan penyangga? Bagaimana cara mengukur larutan penyangga?, ciri ciri larutan penyangga? dan bagimana cara menganalisis apakah larutan tersebut larutan penyangga atau bukan?.
Saya sebagai penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan saya ini maka dari itu saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun .semoga laporan saya ini dapat berguna bagi kita  semua.

                                                                                                                Banyuasin, April 2012

                                                                                             Penulis
                                                                                            Adi  Nurmesa














                        DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………….... i
Kata pengantar…………………………………………………………………………1
Daftar isi…………………………………………………………………………….…2
BAB I  PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………………3
Landasan teori………………………………………………………………………....3
BAB II PEMBAHASAN  I
Tujuan …………………………………………………………………………..……6
Alat dan bahan ……………………………………………………………...………..6
Langkah kerja ……………………………………………………..…………………6
Hasil kerja ……………………………………………………………………………7
Permasalahan …………………………………………………………….…………..7
Kesimpulan ……………………………………………………………….………….7
BAB III PEMBAHASAN II
Tujuan ……………………………………………………………………………….8
Alat dan bahan …………………………………………………………………...….8
Langkah kerja .,…………………………………………………………………..….8
Hasil kerja ………………………………………………………………………..….9
Permasalahan ………………………………………………………………..………9
Kesimpulan …………………………………………………………………….……9
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………..……10
Daftar pustaka………………………………………………………………………11
Lampiran foto…………………………………………………………………...…..12








                                                       BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
 Laporan ini dilatarbelakangi oleh kegiatan praktikum tentang mengukur pH larutan penyangga , yang berguna untuk mengetahui apakah campuran larutanCH3COOH 0,1 M +CH3COONa0,1 M
larutan penyangga atau bukan dan campuran antaraNH3 0,1  +NH4Cl0,1 larutan penyangga atau bukan ?
B. LANDASAN TEORI
A.      Sifat Larutan Penyangga

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan pH.Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau dapar. Missal ke dalam air murni (pH = 7) ditambahkan sedikit basa, maka pH akan naik. Bila kita masukkan 0.01 M NaOH ke dalam air, maka pH akan mernjadi 12. Demikian juga sebaliknya bila kita masukkan sedikit asam ke dalam air, pH akan turun. Jadi, air murni tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH.
            Meskipun ke dalam larutan penyangga sedikit asam atau sedikit basa atau dilakukan sedikit pengenceran, maka pH larutan tidak berubah.Sebaliknya penambahan asam atau basa dalam larutan bukan penyangga menyebabkan perubahan pH larutan yang drastis.


Contoh: ion asetat menangkap H+dari asam dan ion OH- dari basa bereaksi dengan asam asetat.
CH3COO-  + H+              CH3COOH
CH3COOH + OH-                 CH3COO-  + H2O
Jika larutan penyangga ditambah asam atau basa yang sangat besar (larutan penyangga habis bereaksi), maka pH larutan penyangga berubah drastis.








B.  Mengukur pH larutan penyangga asam

Buffer Asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut
:
[H+] = Ka x a/g
atau
Description:  Larutan Penyangga Asam: Sifat, Cara Kerja, dan Menghitung pH
dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi

B.        Komponen larutan penyangga

Secara umum,  larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:
v  Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam.
v   Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
D.   Fungsi larutan penyangga
Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna.Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel.Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak menimbulkan efek samping.














   BAB II
PEMBAHASAN I
Mengukur pH Larutan PenyanggaCH3COONa 0,1 M +, CH3COOH 0,1 M
A.       Tujuan
Mempelajari larutan penyangga dan sifatnya.
B.        Alat dan Bahan
alat : pipet volume, gelas kimia, karet penghisap, gelas ukur .
Bahan : larutan CH3COONa 0,1 M, CH3COOH 0,1 M, NH3 0,1 M, NH4Cl 0,1 M, akuades, HCl, NaOH, dan indicator universal.
C.       Langkah kerja
*      Buat larutan 10 mL CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL CH3COONa 0,1 M. Ukur pH awal dengan indicator universal !
*      Bagi larutan menjadi 3 bagian sama banyak dengan gelas kimia !
*      Tambahkan HCl dalam larutan pertama sebanyak 1 mL! ukur pH-nya dengan indicator universal, tiap penambahan HCl 1 mL !
*      Teteskan NaOH dalam larutan kedua sebanyak 1 mL! ukur pH-nya setiap penambahan 1 mL!
*      Tambahkan 1,2,3,4,5 mL akuades dalam larutan ketiga! Ukur pH-nya tiap penambahan 1 mL akuades!
*      Ulangi langkah 2-6 untuk larutan lainnya !
*      Bandingkan hasil percobaan antara larutan satu dengan larutan lainnya!

SKEMA LANGKAH KERJA
C.    Hasil Kerja
Campuran Larutan
pH Awal
pH Setelah Penambahan
HCl 0,1 M (mL)
NaOH 0,1 M (mL)
Akuades (mL)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
CH3COOH 0,1 M +
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
CH3COONa 0,1 M


D.  Permasalahan
1.      Bagaimana sifat larutan penyangga dari percobaan di atas ?
Jawab : Mempertahankan pH meski telah ditambah 1,2,3,4,5 mL larutan HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, dan akuades.
2.      Bagaimana pengaruh penambahan asam terhadap larutan penyangga ?
Jawab : Pada percobaan campuran CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M penambahan asam tidak mempengaruhi pH awal bahkan pH-nya tetap. Sedangkan, Pada percobaan campuran NH3COOH 0,1 M + NH4CL 0,1 M penambahan sam cukup mempengaruhi pH awal tetapi tidak terlalu sedikit perubahannya, maka tetap pH-nya (asam).
3.      Apakah dengan penambahan akuades pada masing-masing campuran larutan dapat mengubah pH larutan ? Jelaskan!
Jawab : Dengan penambahan akuades pH larutan menjadi tidak berubah tetap hal ini dikarenakan sifat akuades yang netral atau tidak asam tidak basah.

E.     Kesimpulan
Kedua campuran larutan tersebut adalah larutan penyangga pada campuran CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 m menghasilkan larutan penyangga (bufer) basa karena mempertahankan pH basa. Sedangkan pada campuran NH2 0,1 M +NH4Cl 0,1 M  menghasilkan larutan penyangga (bufer) asam karena mempertahankan pH asam.

                                                                               






BAB III
PEMBAHASAN II
Mengukur pH Larutan Penyangga,NH3 0,1 M + NH4Cl 0,1 M

A.     Tujuan
Mempelajari larutan penyangga dan sifatnya.
B.     Alat dan Bahan
alat : pipet volume, gelas kimia, karet penghisap gelas ukur .
Bahan : larutan, NH3 0,1 M, NH4Cl 0,1 M, akuades, HCl, NaOH, dan indicator universal.
C.    Langkah kerja
*      Buat larutan 10 mL: larutan, NH3 0,1 M,+ NH4Cl 0,1 M. Ukur pH awal dengan indicator universal !
*      Bagi larutan menjadi 3 bagian sama banyak dengan gelas kimia !
*      Tambahkan HCl dalam larutan pertama sebanyak 1 mL! ukur pH-nya dengan indicator universal, tiap penambahan HCl 1 mL !
*      Teteskan NaOH dalam larutan kedua sebanyak 1 mL! ukur pH-nya setiap penambahan 1 mL!
*      Tambahkan 1,2,3,4,5 mL akuades dalam larutan ketiga! Ukur pH-nya tiap penambahan 1 mL akuades!
*      Ulangi langkah 2-6 untuk larutan lainnya !
*      Bandingkan hasil percobaan antara larutan satu dengan larutan lainnya!
SKEMA LANGKAH KERJA

D.    Hasil Kerja
campuran larutan
pH awal
PH Setelah Penambahan
 HCL 0,1 M (ML)
NaOH 0,1 M (ML)
Akuades
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
NH3 0,1 M  +
NH4Cl 0,1 M
4,5
3,9
3,0
3,0
2,5
2,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5
4,5

E.     Permasalahan
4.      Bagaimana sifat larutan penyangga dari percobaan di atas ?
Jawab : Mempertahankan pH meski telah ditambah 1,2,3,4,5 mL larutan HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, dan akuades.
5.      Bagaimana pengaruh penambahan asam terhadap larutan penyangga ?
Jawab : Pada percobaan campuran CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M penambahan asam tidak mempengaruhi pH awal bahkan pH-nya tetap. Sedangkan, Pada percobaan campuran NH3COOH 0,1 M + NH4CL 0,1 M penambahan sam cukup mempengaruhi pH awal tetapi tidak terlalu sedikit perubahannya, maka tetap pH-nya (asam).
6.      Apakah dengan penambahan akuades pada masing-masing campuran larutan dapat mengubah pH larutan ? Jelaskan!
Jawab : Dengan penambahan akuades pH larutan menjadi tidak berubah tetap hal ini dikarenakan sifat akuades yang netral atau tidak asam tidak basah.

F.     Kesimpulan
Kedua campuran larutan tersebut adalah larutan penyangga pada campuran CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 m menghasilkan larutan penyangga (bufer) basa karena mempertahankan pH basa. Sedangkan pada campuran NH2 0,1 M +NH4Cl 0,1 M  menghasilkan larutan penyangga (bufer) asam karena mempertahankan pH asam.







BAB IV
PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesepatan saya untuk menyelesaikan tugas laporan prakrtikum tentang mengkur pH larutan penyangga ini, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepadas guru pembimbing saya yaitu ibu Dra, Rr Ayis Windarti yang telah yang telah membimbing kami dalam praktikum larutan penyangga ini, praktikum ini sangat berguna bagi kami dalam hal mengukur Ph larutan penyangga ini untuk menggetahui apakah larutan tersebut larutan penyangga atau bukan dan ternyata l;arutn tersebut merupakan larutan penyangga, yang mempunyai ciri mempertahankan sifat pH nya,  ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada teman teman saya khususnya kelompok tiga yang telah membantu dalam kegiatan praktikum maupun kegiatan pembuatan laporan ini
            Demikianlah laporan praktikum yang saya buat tentang  mengukur pH larutan penyangga. Saya menyadari dalam laporan praktikum  ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu saya mohon maaf dan berharap para pembaca dapat memberi saran maupun kritik yang membangun kepada saya, dan saya harap pembaca dapat mangambil inti sari dari laporan praktikum saya ini.










DAFTAR PUSTAKA



Utami,budi dkk..kimia untuk SMA/MA kelas XI; dinas pendidikan Sumatra selatan
Haryanto, untung tri S.T.. kreatif kimia untuk SMA/MA kelas XI; viva pakarindo















Description: G:\Foto\Siwonest0386.jpg

Description: G:\Foto\Siwonest0387.jpg